STROK
1.DEFINISI
Stroke (Penyakit Serebrovaskuler) adalah
kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya
aliran darah dan oksigen ke otak.
Stroke bisa berupa iskemik maupun perdarahan (hemoragik). Pada stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerahdiotakdanmerusaknya
Penyebab
Pada stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur arteri yang menuju ke otak. Misalnya suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam arteri karotis sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat serius karena setiap arteri karotis dalam keadaan normal memberikan darah ke sebagian besar otak. Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di dalam darah, kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil. Arteri karotis dan arteri vertebralis beserta percabangannya bisa juga tersumbat karena adanya bekuan darah yang berasal dari tempat lain, misalnya dari jantung atau satu katupnya. Stroke semacam ini disebut emboli serebral, yang paling sering terjadi pada penderita yang baru menjalani pembedahan jantung dan penderita kelainan katup jantung atau gangguan irama jantung (terutama fibrilasi atrium).
Stroke bisa berupa iskemik maupun perdarahan (hemoragik). Pada stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerahdiotakdanmerusaknya
Penyebab
Pada stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur arteri yang menuju ke otak. Misalnya suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam arteri karotis sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat serius karena setiap arteri karotis dalam keadaan normal memberikan darah ke sebagian besar otak. Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di dalam darah, kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil. Arteri karotis dan arteri vertebralis beserta percabangannya bisa juga tersumbat karena adanya bekuan darah yang berasal dari tempat lain, misalnya dari jantung atau satu katupnya. Stroke semacam ini disebut emboli serebral, yang paling sering terjadi pada penderita yang baru menjalani pembedahan jantung dan penderita kelainan katup jantung atau gangguan irama jantung (terutama fibrilasi atrium).
2 ETIOLOGI
Ada beberapa
factor risiko stroke yang sering teridentifikasi, yaitu ;
1. Hipertensi, dapat disebabkan oleh aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dapat
menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga dapat
mengganggu aliran darah cerebr
2. Aneurisma
pembuluh darah cerebral
Adanya kelainan pembuluh darah yakni
berupa penebalan pada satu tempat yang diikuti oleh penipisan di tempat lain.
Pada daerah penipisan dengan maneuver tertentu dapat menimbulkan perdarahan.
3. Kelainan jantung / penyakit jantung
Paling banyak dijumpai pada pasien post
MCI, atrial fibrilasi dan endokarditis. Kerusakan kerja jantung akan menurunkan
kardiak output dan menurunkan aliran darah ke otak. Ddisamping itu dapat
terjadi proses embolisasi yang bersumber pada kelainan jantung dan pembuluh
darah.
4. Diabetes mellitus
(DM)
Penderita DM
berpotensi mengalami stroke karena 2 alasan, yeitu terjadinya peningkatan
viskositas darah sehingga memperlambat aliran darah khususnya serebral dan
adanya kelainan microvaskuler sehingga berdampak juga terhadap kelainan yang
terjadi pada pembuluh darah serebral.
5. Usia lanjut
Pada usia lanjut
terjadi proses kalsifikasi pembuluh darah, termasuk pembuluh darah otak.
6. Polocitemia
Pada policitemia
viskositas darah meningkat dan aliran darah menjadi lambat sehingga perfusi
otak menurun.
7. Peningkatan
kolesterol (lipid total)
Kolesterol tubuh
yang tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis dan terbentuknya embolus dari
lemak.
8. Obesitas
Pada obesitas
dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol sehingga dapat
mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, salah satunya pembuluh drah otak.
9. Perokok
Pada perokok akan
timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi aterosklerosis.
10. kurang aktivitas fisik
Kurang aktivitas
fisik dapat juga mengurangi kelenturan fisik termasuk kelenturan pembuluh darah
(embuluh darah menjadi kaku), salah satunya pembuluh darah otak.
3 MANIFESTASI
KLINIS
Gejala
– gejala stroke muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang disebabkan
oleh terganggunya aliran darah ke daerah tersebut. Gejala itu muncul
bervariasi, bergantung bagian otak yang terganggu.
4. PATOFISIOLOGI
1. Stroke non
hemoragik
Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus
atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada
dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area
thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks
iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh
embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis. Terjadinya
blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat
dan terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak dapat ddisebabkan oleh
pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.
2. Stroke
hemoragik
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau
ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang
seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat
dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan
menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian. Di samping itu, darah yang
mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema,
spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan
aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.
5.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang disgnostik yang dapat
dilakukan adalah :
1.
laboratorium: mengarah pada pemeriksaan darah lengkap,
elektrolit, kolesterol, dan bila perlu analisa gas darah, gula darah dsb.
2.
CT scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya
perdarahan atau infark
3.
MRI untuk
mengetahui adanya edema, infark, hematom dan bergesernya struktur otak
4.
angiografi
untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas mengenai pembuluh darah yang
terganggu
6.
PENATALAKSANAAN
Rehabilitasi intensif bisa membantu penderita untuk belajar
mengatasi kelumpuhan/kecacatan karena kelainan fungsi sebagian jaringan
otak.
Bagian otak lainnya kadang bisa menggantikan fungsi yang sebelumnya dijalankan oleh bagian otak yang mengalami kerusakan.
Rehabilitasi segera dimulai setelah tekanan darah, denyut nadi dan pernafasan penderita stabil. Dilakukan latihan untuk mempertahankan kekuatan otot, mencegah kontraksi otot dan luka karena penekanan (akibat berbaring terlalu lama) dan latihan berjalan serta berbicara.
Bagian otak lainnya kadang bisa menggantikan fungsi yang sebelumnya dijalankan oleh bagian otak yang mengalami kerusakan.
Rehabilitasi segera dimulai setelah tekanan darah, denyut nadi dan pernafasan penderita stabil. Dilakukan latihan untuk mempertahankan kekuatan otot, mencegah kontraksi otot dan luka karena penekanan (akibat berbaring terlalu lama) dan latihan berjalan serta berbicara.
7. PENGKAJIAN
Riwayat kesehatan sekarang
1. Keluhan Utama:
Bicara pelo dan tidak bisa menggerakkan anggota badan sebelah kiri.
2. Riwayat Penyakit Sekarang (sesuai PQRST):
Sejak selasa sore sehabis kerja ( jam 15.30 ) sehabis nonton TV tiba – tiba klien bicaranya menjadi pelo, kemudian jam 18.00 di bawa ke RS Ulin dan di rawat di ruang PDP pad hari kamis pada saat hendak kembali ke tempat tidur, di wc klien tidak dapat berdiri, kaki kiri dan lengan kiri terasa lemah kemudian klien di konsulkan ke ruang syaraf dan akhirnya di rawat di ruang syaraf.
3. Penggunaan Obat Sekarang:
Infus RL 20 tetes/menit.-
Nicholin 3 x 100 mg-
Mertigo 3 x 1-
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien tidak pernah masuk RS dan klien tidak mempunyai riwayat penyakit menular, keturunan dan penyakit lainnya.
Upaya pencegahan yang dilakukan terhadap penyakit: pasien berobat ke mantri atau puskesmas.
Pasien tidak pernah menjalani prosedur tindakan bedah. Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit pada masa anak-anak.
5. Kebiasaan :
Kebiasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan seperti merokok tidak pernah dilakukan pasien.
Riwayat pemakaian alkohol tidak pernah.
6. Riwayat Penyakit Keluarga:
Didalam keluarga pasien terdapat anggota keluarga menderita hypertensi yaitu isteri pasien.
7. Riwayat Sosial
Hubungan dengan keluarga dan tetangga di sekitar rumah baik ditandai dengan banyaknya amgota keluarga yang menuggui pasien serta tetangga yang datang membesuk.
Riwayat kesehatan sekarang
1. Keluhan Utama:
Bicara pelo dan tidak bisa menggerakkan anggota badan sebelah kiri.
2. Riwayat Penyakit Sekarang (sesuai PQRST):
Sejak selasa sore sehabis kerja ( jam 15.30 ) sehabis nonton TV tiba – tiba klien bicaranya menjadi pelo, kemudian jam 18.00 di bawa ke RS Ulin dan di rawat di ruang PDP pad hari kamis pada saat hendak kembali ke tempat tidur, di wc klien tidak dapat berdiri, kaki kiri dan lengan kiri terasa lemah kemudian klien di konsulkan ke ruang syaraf dan akhirnya di rawat di ruang syaraf.
3. Penggunaan Obat Sekarang:
Infus RL 20 tetes/menit.-
Nicholin 3 x 100 mg-
Mertigo 3 x 1-
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien tidak pernah masuk RS dan klien tidak mempunyai riwayat penyakit menular, keturunan dan penyakit lainnya.
Upaya pencegahan yang dilakukan terhadap penyakit: pasien berobat ke mantri atau puskesmas.
Pasien tidak pernah menjalani prosedur tindakan bedah. Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit pada masa anak-anak.
5. Kebiasaan :
Kebiasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan seperti merokok tidak pernah dilakukan pasien.
Riwayat pemakaian alkohol tidak pernah.
6. Riwayat Penyakit Keluarga:
Didalam keluarga pasien terdapat anggota keluarga menderita hypertensi yaitu isteri pasien.
7. Riwayat Sosial
Hubungan dengan keluarga dan tetangga di sekitar rumah baik ditandai dengan banyaknya amgota keluarga yang menuggui pasien serta tetangga yang datang membesuk.
3.8
PATOFLOW
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif:
-
Kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau paralisis.
-
Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )
Data
obyektif:
-
Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis (
hemiplegia ) , kelemahan umum.
-
Gangguan penglihatan
2. Sirkulasi
Data Subyektif:
-
Riwayat penyakit jantung ( penyakit katup jantung, disritmia, gagal
jantung , endokarditis bacterial ), polisitemia.
Data obyektif:
-
Disritmia, perubahan EKG
-
Pulsasi : kemungkinan bervariasi
-
Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
3. Integritas ego
Data Subyektif:
-
Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data obyektif:
-
Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesedihan , kegembiraan
-
Kesulitan berekspresi diri
4. Eliminasi
Data Subyektif:
-
Inkontinensia, anuria
-
Distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya suara usus
( ileus paralitik )
5. Makan/ minum
Data Subyektif:
-
Nafsu makan hilang
-
Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK
-
Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia
-
Riwayat DM, peningkatan lemak dalam darah
Data obyektif:
-
Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring )
-
Obesitas ( faktor resiko )
6. Sensori neural
Data Subyektif:
-
Pusing / syncope ( sebelum CVA / sementara selama TIA )
-
Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub
arachnoid.
-
Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh/mati
-
Penglihatan berkurang
-
Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan
pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )
-
Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data obyektif:
-
Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan tingkah
laku (seperti: letargi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif
-
Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis stroke,
genggaman tangan tidak seimbang, berkurangnya reflek tendon dalam (
kontralateral )
-
Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )
-
Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/
kesulitan berkata-kata, reseptif / kesulitan berkata-kata komprehensif, global
/ kombinasi dari keduanya.
-
Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil
-
Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
-
Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi
lateral
7. Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
-
Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data Obyektif:
- Tingkah laku yang
tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
8. Respirasi
Data Subyektif:
-
Perokok ( faktor resiko )
Tanda:
-
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas
-
Timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur
9.Keamanan
Data Obyektif:
-
Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
-
Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang
kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
-
Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali
-
Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh
-
Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, berkurang
kesadaran diri
10. Interaksi sosial
Data Obyektif:
-
Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
11. Pengajaran / pembelajaran
Data Subjektif :
-
Riwayat hipertensi keluarga, stroke
-
Penggunaan kontrasepsi oral
12. Pertimbangan rencana pulang
-
Menentukan regimen medikasi / penanganan terapi
-
Bantuan untuk transportasi, shoping , menyiapkan makanan , perawatan diri dan pekerjaan rumah
(DoengesE, Marilynn,2000
hal 292)
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1.
Bersihan jalan nafas
tidak efektif b.d. penumpukan sputum (karena kelemahan, hilangnya refleks
batuk)
2.
Penurunan perfusi
serebral b.d. adanya perdarahan, edema atau oklusi pembuluh darah serebral
3.
Gangguan
mobilitas fisik b.d. kerusakan neuromuskuler, kelemahan, hemiparese
4.
Gangguan
komunikasi verbal b.d. kerusakan neuromuscular, kerusakan sentral bicara
5.
(Risiko)
gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d. intake nutrisi tidak adekuat
6.
Perubahan
persepsi-sensori b.d. perubahan transmisi saraf sensori, integrasi, perubahan
psikologi
7.
Kurang kemampuan
merawat diri b.d. kelemahan, gangguan neuromuscular, kekuatan otot menurun,
penurunan koordinasi otot, depresi, nyeri, kerusakan persepsi
8.
Risiko
cedera b.d. gerakan yang tidak terkontrol selama penurunan kesadaran
9.
Kurang
pengetahuan (klien dan keluarga) tentang penyakit dan perawatan b.d. kurang
informasi, keterbatasan kognitif, tidak mengenal sumber
INTERVENSI
1.
Bersihan jalan nafas
tidak efektif b.d. penumpukan sputum (karena kelemahan, hilangnya refleks
batuk)
NO
|
DIAGNOSA
|
INTERVENSI
|
1
|
Bersihan
jalan nafas tidak efektif b.d. penumpukan sputum (karena kelemahan, hilangnya
refleks batuk
|
1. Auskultasi
bunyi nafas
2.Ukur tanda-tanda vital
3. Berikan
posisi semi fowler sesuai dengan kebutuhan (tidak bertentangan dgn masalah
keperawatan lain)
4. Lakukan
penghisapan lender dan pasang OPA jika kesadaran menurun
5. Bila
sudah memungkinkan lakukan fisioterapi dada dan latihan nafas dalam
6. Kolaborasi:
Pemberian ogsigen
Laboratorium: Analisa gas darah, darah lengkap dll
Pemberian obat sesuai kebutuhan
|
2.Penurunan
perfusi serebral b.d. adanya perdarahan, edema atau oklusi pembuluh darah
serebral
NO
|
DIAGNOSA
|
INTERVENSI
|
2
|
Penurunan perfusi serebral b.d. adanya
perdarahan, edema atau oklusi pembuluh darah serebral
|
1. Pantau adanya tanda-tanda
penurunan perfusi serebral :GCS, memori, bahasa respon pupil dll
2. Observasi tanda-tanda
vital (tiap jam sesuai kondisi pasien)
3. Pantau intake-output
cairan, balance tiap 24 jam
4. Pertahankan
posisi tirah baring pada posisi anatomis atau posisi kepala tempat tidur
15-30 derajat
5. Hindari
valsava maneuver seperti batuk, mengejan dsb
6. Pertahankan
ligkungan yang nyaman
7. Hindari
fleksi leher untuk mengurangi resiko jugular
8. Kolaborasi:
Beri ogsigen sesuai indikasi
Laboratorium: AGD, gula darah dll
Penberian terapi sesuai advis
CT scan kepala untuk diagnosa dan monitoring
|
3.Gangguan
mobilitas fisik b.d. kerusakan neuromuskuler, kelemahan, hemiparese
NO
|
DIAGNOSA
|
INTERVENSI
|
3
|
Gangguan mobilitas fisik b.d. kerusakan neuromuskuler,
kelemahan, hemiparese
|
1. Pantau
tingkat kemampuan mobilisasi klien
2. Pantau kekuatan otot
3. Rubah
posisi tiap 2 jan
4. Pasang trochanter
roll pada daerah yang lemah
5. Lakukan
ROM pasif atau aktif sesuai kemampuan dan jika TTV stabil
6. Libatkan keluarga dalam
memobilisasi klien
7. Kolaborasi: fisioterapi
|
1.
Gangguan
komunikasi verbal b.d. kerusakan neuromuscular, kerusakan sentral bicara
NO
|
DIAGNOSA
|
INTERVENSI
|
|
Gangguan komunikasi verbal b.d. kerusakan
neuromuscular, kerusakan sentral bicara
|
1. Evaluasi
sifat dan beratnya afasia pasien, jika berat hindari memberi isyarat non
verbal
2. Lakukan
komunikasi dengan wajar, bahasa jelas, sederhana dan bila perlu diulang
3. dengarkan
dengan tekun jika pasien mulai berbicara
4. Berdiri
di dalam lapang pandang pasien pada saat bicara
5. Latih
otot bicara secara optimal
6. Libatkan
keluarga dalam melatih komunikasi verbal pada pasien
7. Kolaborasi
dengan ahli terapi wicara
|
4.Gangguan komunikasi verbal b.d. kerusakan neuromuscular, kerusakan
sentral bicara
NO
|
DIAGNOSA
|
INTERVENSI
|
4
|
Gangguan komunikasi verbal b.d. kerusakan neuromuscular, kerusakan
sentral bicara
|
1. Evaluasi
sifat dan beratnya afasia pasien, jika berat hindari memberi isyarat non
verbal
2. Lakukan
komunikasi dengan wajar, bahasa jelas, sederhana dan bila perlu diulang
3. dengarkan
dengan tekun jika pasien mulai berbicara
4. Berdiri
di dalam lapang pandang pasien pada saat bicara
5. Latih
otot bicara secara optimal
6. Libatkan
keluarga dalam melatih komunikasi verbal pada pasien
7. Kolaborasi
dengan ahli terapi wicara
|
5.
(Risiko)
gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d. intake nutrisi tidak adekuat
NO
|
DIAGNOSA
|
INTERVENSI
|
5
|
(Risiko) gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan b.d. intake nutrisi tidak adekuat
|
1. Kaji factor penyebab yang
mempengaruhi kemampuan menerima makan/minum
2. Hitung kebutuhan nutrisi
perhari
3. Observasi
tanda-tanda vital
4. Catat
intake makanan
5. Timbang
berat badan secara berkala
6. Beri
latihan menelan
7. Beri
makan via NGT
8. Kolaborasi
: Pemeriksaan lab(Hb, Albumin, BUN), pemasangan NGT, konsul ahli gizi
|
6.
Perubahan persepsi-sensori b.d. perubahan transmisi saraf sensori, integrasi,
perubahan psikologi
NO
|
DIAGNOSA
|
INTERVENSI
|
6
|
Perubahan
persepsi-sensori b.d. perubahan transmisi saraf sensori, integrasi, perubahan
psikologi
|
1. Cari tahu proses patogenesis
yang mendasari
2. Evaluasi adanya gangguan
persepsi: penglihatan, taktil
3. Ciptakn suasana
lingkungan yang nyaman
4. Evaluasi kemampuan
membedakan panas-dingin, posisi dan proprioseptik
5. Catat adanya proses
hilang perhatian terhadap salah satu sisi tubuh dan libatkan keluarga untuk
membantu mengingatkan
6. Ingatkan untuk menggunakan sisi tubuh yang
|
7.
Kurang
kemampuan merawat diri b.d. kelemahan, gangguan neuromuscular, kekuatan otot
menurun, penurunan koordinasi otot, depresi, nyeri, kerusakan persepsi
NO
|
DIAGNOSA
|
INTERVENSI
|
7
|
Kurang
kemampuan merawat diri b.d. kelemahan, gangguan neuromuscular, kekuatan otot
menurun, penurunan koordinasi otot, depresi, nyeri, kerusakan persepsi
|
1. Pantau tingkat kemampuan
klien dalam merawat diri
2. Berikan bantuan terhadap
kebutuhan yang benar-benar diperlukan saja
3. Buat lingkungan yang
memungkinkan klien untuk melakukan ADL mandiri
4. Libatkan keluarga dalam
membantu klien
5. Motivasi klien untuk
melakukan ADL sesuai kemampuan
6. Sediakan alat Bantu diri
bila mungkin
7. Kolaborasi:
pasang DC jika perlu, konsultasi dengan ahli okupasi atau fisioterapi
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar