Selasa, 22 April 2014

ASKEP PARKINSON



PARKINSON

1.DEFINISI
Penyakit Parkinson merupakan suatu gangguan neurologis progresif yang mengenai pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengatur gerakan.  Karakteristik yang muncul berupa bradikinesia (perlambatan gerakan), tremor, dan kekakuan otot (Smeltzer dan Bare, 2002).
2        ETIOLOGI
Penyakit Parkinson sering dihubungkan dengan kelainan neurotransmitter di otak dan faktor-faktor lainnya seperti :
  1. Defisiensi dopamine dalam substansia nigra di otak memberikan respon gejala penyakit Parkinson
  2. Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus, genetik, toksisitas, atau penyebab lain yang tidak diketahui.
3        MANIFESTASI KLINIS
Penyakit Parkinson memiliki gejala klinis sebagai berikut :
  1. Bradikinesia (pergerakan lambat), hilang secara spontan
  2. Tremor yang menetap
  3. Tindakan dan pergerakan yang tidak terkontrol
  4. Gangguan saraf otonom (sulit tidur, berkeringat, hipotensi ortostatik)
  5. Depresi, demensia
  6. Wajah seperti topeng

Ø  KOMPLIKASI
Komplikasi terbanyak dan tersering dari penyakit Parkinson yaitu demensia, aspirasi, dan trauma karena jatuh.


a.       PATOFISIOLOGI
Dua hipotesis yang disebut juga sebagai mekanisme degenerasi neuronal ada penyakit Parkinson ialah: hipotesis radikal bebas dan hipotesis neurotoksin.
1.      Hipotesis Radikal Bebas
Diduga bahwa oksidasi enzimatik dari dopamine dapat merusak neuron nigrotriatal, karena proses ini menghasilkan hidrogren peroksid dan radikal oksi lainnya.  Walaupun ada mekanisme pelindung untuk mencegah kerusakan dari stress oksidatif, namun pada usia lanjut mungkin mekanisme ini gagal
2.      Hipotesis Neurotoksin
Diduga satu atau lebih macam zat neurotoksik berperan pada proses neurodegenerasi pada Parkinson.  Pandangan saat ini menekankan pentingnya ganglia basal dalam menyusun rencana neurofisiologi yang dibutuhkan dalam melakukan gerakan, dan bagian yang diperankan oleh serebelum ialah mengevaluasi informasi yang didapat sebagai umpan balik mengenai pelaksanaan gerakan. Ganglia basal tugas primernya adalah mengumpulkan program untuk gerakan, sedangkan serebelum memonitor dan melakukan pembetulan kesalahan yang terjadi seaktu program gerakan diimplementasikan. Salah satu gambaran dari gangguan ekstrapiramidal adalah gerakan involunter.








PATOFLOW

Faktor Resiko Parkinson

   Defisiensi Dopamine                                                                   Virus
 Merusak neuron nigrotriatal serebral                                    Invasi ke jaringan
    hydrogen peroksid dan radikal oksi                                Peradangan Serebral

PARKINSON











 
Kehilangan kontrol volunter       Serebral &    TIK        Aliran darah serebral regional
             tremor                     Perubahan gastro                   Manifestasi psikiatrik
Hemiplegi & Hemiparesis       Mual/ muntah                      Perubahan kepribadian        
1. Gang. Mobilitas Fisik

 
                                   Perlambatan proses makan            Kognitif      , persepsi
                                     Gang. Intake oral                               Depresi
6. Koping individu tidak efektif
 
4. Perubahan nutrisi
 
       
        Kekuatan            





2. Kurang perawatan diri
 



 
                                            Defisit Neurologis disfungsi                      malinformasi prosedur
                                  bahasa & Komunikasi                           perawatan rumah
7. Defisit pengetahuan
 
aktivitas fisik umum          volume bicara
5. Kerusakan kom. verbal

 
resiko konstipasi
3. Gangguan Eliminasi alvi

 
 
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
a.                                 Anamnesis.

Ø  Riwayat Penyakit Saat Ini
Pada anamnesis, sering klien mengeluhkan adanya tremor pada salah satu tangan dan lengan, kemudian ke bagian yang lain, dan akhirnya bagian kepala, walaupun tremor ini tetap unilateral.  Karakteristik tremor dapat berupa lambat, gerakan membalik (pronasi-supinasi) pada lengan bawah dan telapak tangan, dan gerakan ibu jari terhadap jari-jari seolah-olah memutar sebuah pil diantara jari-jari.  Keadaan ini meningkat bila klien sedang berkinsentrasi atau merasa cemas dan muncul pada saat klien istirahat.
Keluhan lainnya pada penyakit meliputi adanya perubahan pada sensasi wajah, sikap tubuh, dan gaya berjalan.  Adanya keluhan rigiditas desrbrasi, berkeringat, kulit bermi nyak dan sering menderita dermatitis seboroik, sulit menelan, konstipasi, dan gangguan kandung kemih yang diperberarat oleh obat-obat antikolinergik dan hipertrofi prostat.

Ø  Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang diliakukan adalah dengan mengajukan pertanyaan tentang adanya riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, anemia, penggunaan obat-aobat antikoagulan, aspirin, vasodilator, dan penggunaan obat-obat antikolinergik dalam jangka waktu yang lama.
Ø  Riwayat Penyakit Keluarga
Walaupun tidak ditemukan adanya hubungan penyakit Oarkinson dengan sebab genetik yang jelas, perawat perlu melakukan pengkajian riwayat penyakit pada keluarga.  Pengkajian dilakukan dengan menanyakan apakah ada anggota keluarga terdahulu yang menderita hipertensi dan dianetes mellitus.  Hal ini diperlukan untuk melihat adanya komplikasi penyakit lain yang dapat mempercepat progresifnya penyakit.
b.   Pemeriksaan Fisik
·         Keadaan Umum
Klien dengan penyakit Parkinson umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran. Adanya perubahan pada tanda vital, yaitu bradikardi, hipotensi dan penurunan frekuensi pernafasan.

B1 (Breathing)
Gangguan fungsi pernapasan yang terjadi berkaitan dengan hipoventilasi, inaktivitas,aspirasi makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran nafas.
Inspeksi, ditemukan klien batuk atau mengalami penurunan kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak napas dan penggunaan otot bantu napas.
Palpasi, ditemukan taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
 Perkusi, ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru.
Auskultasi, ditemukan bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi, stridor, ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurunyang sering ditemukan pada klien dengan inaktivitas.

            B2 (Blood)
Hipotensi postural yang terjadi berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh system saraf otonom.

            B3 (Brain)
Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada system lainnya. Pada inspeksi umum ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan.

·        Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis dan juga bergantung pada penurunan aliran darah serebri regional mengakibatkan perubahan pada status kognitif klien.

·         Pemeriksaan fungsi serebri
Status mental : biasanya mengalami perubahan yang berhubungan dengan penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori baik jangka pendek dan memori jangka panjang.
  • Pemeriksaan saraf kranial
Saraf I
Biasanya pada klien cidera tulang belakang tidak ditemukan kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan

Saraf II
Hasil uji ketajaman penglihatan mengalami perubahan sesuai tingkat usia, biasannya klien lanjut usia dengan penyakit Parkinson mengalami penurunan ketajaman penglihatan.

Saraf III, I dan V
Gangguan saraf okulomotorius: sewaktu melakukann konvergensi penglihatan menjadi kabur karena tidak mampu mempertahankan kontraksi otot-otot bola mata.

Saraf V
Pada klien dengan penyakit Parkinson umumnya ditemukan perubahan pada otot wajah. Adanya keterbatasan otot wajah menyebabkan ekspresi wajah klienmengalami penurunan , saat bicara wajah seperti topeng (sering mengedipkan mata).

Saraf VII.
Persepsi pengecapan dalam batas normal.
 
Saraf VIII.
Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi yang berhubungan dengan prosessenilis dan penurunan aliran darah regional.
Saraf IX dan X.
Ditemukan kesulitan menelan dalam menelan makanan.

Saraf XI.
Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
         
          Saraf XII
Lidah simetris, tidak ditemukan deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi indra pengecapan normal.

  • Sistem Motorik
·           Inspeksi umum, ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan. Klien sering mengalami rigiditas deserebrasi.
·           Tonus otot ditemukan meningkat.
·           Keseimbangan dan koordinasi, ditemukan mengalami gangguuan karena adanya kelemahan otot, kelelahan, perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan.

·                               Pemeriksaan Refleks
Terdapat kehilangan reflex postural, apabila klien ,mencoba untuk berdiri, klien akan berdiri dengan kepala cenderung kedepan dan berjalan dengan gaya berjalan seperti didorong. Kesulitan dalam berputar dan hilanganya keseimbangan (salah satunya kedepan atau kebelakang) dapat menimbulkan sering jatuh.

  • Sistem Sensorik
Sesuai berlanjutnya usia klien dengan penyakit Parkinson mengalami penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan sensorik yang ada merupakan hasil dari neuropati.

B4 (Bladder)
Penurunan refleks kandung kemih perifer dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan persepdi klien secara umum. Klien mungkin mengalami inkontinensia urine, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Selama periodeini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril.

            B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi kurang karena kelemahan fisik umum, kelelahan otot dan adanya tremor menyeluruh. Kliensering mengalami konstipasi karena penurunan aktivitas.

B6 ( Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kelelahan otot, tremor secaraumum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan pemenuhan aktivitas sehari-hari. Adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan pergerakan karena perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada seluruh gerakan memberikan resiko pada trauma fisik bila melakukan aktivitas.

4.1  DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.    Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot.
2.    Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuscular, menurunnya kekuatan, kehilangan control otot/ koordinasi.
3.    Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) yang berhubungan dengan medikasi dan penurunan aktivitas.
4.    Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan tremor, pelambatan dalam proses makan, kesulitan mengunyah, dan menelan.
5.    Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume bicara, pelambatan bicara, ketidakmampuan menggerakkan otot-otot wajah.
6.    Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan depresi dan disfungsi karena perkembangan penyakit.
7.    Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan sumber informasi prosedur perawatan rumah yang tidak adekuat.

4.2  INTERVENSI

1.    Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot
Tujuan: dalam waktu 2x24 jam, klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
kriteria hasil: klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur sendi, bertambahnya kekuatan otot, klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.
Intervensi
Rasionalisasi
Kaji mobilitas yang ada dan observasi peningkatan kerusakan. Kaji secara teratur fungsi motorik.
Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.
Lakukan program latihan yang meningkatkan kekuatan otot.
Meningkatkan koordinasi dan ketangkasan, menurunkan kekuatan otot dan mencegah kontraktur bila otot tidak digunakan.
Lakukan latihan postural.
Latihan postural untuk melawan kecenderungan kepala dan leher tertarik ke depan dan ke bawah.
Ajarkan teknik berjalan khusus:
·      Ajarkan untuk berkonsentrasi pada berjalan tegak, memandang lurus ke depan, dan menggunakan cara berjalan dengan dasar lebar (misalnya berjalan dengan kaki terpisah)
·      Klien dianjurkan untuk latihan berjalan dengan diiringi music marching band atau lagu, karena hal ini memberikan rangsangan sensorik
·      Latihan bernafas sambil berjalan membantu untuk menggerakkan rangka tulang rusuk dan transport oksigen untuk mengisi bagian paru-paru yang kadar oksigennya rendah.
·      Melakukan periode istirahat yang sering untuk membantu pencegahan frustasi dan kelelahan.
Teknik berjalan khusus dapat juga dipelajari untuk mengimbangi gaya berjalan menyeret dan kecenderungan tubuh condong ke depan.
Anjurkan mandi hangat dengan masase otot.
Mandi hangat dengan masase membantu otot-otot rileks saat melakukan aktivitas pasif dan aktif dan mengurangi nyeri otot akibat spasme yang mengakibatkan kekakuan.
Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri, sesuai toleransi.
Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan.
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien
Peningkatan kemampuan dalam mobilisasi ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik oleh tim fisioterapis.

2. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuscular, menurunnya kekuatan, kehilangan control otot/ koordinasi
Tujuan: dalam waktu 2x24 jam, perawatan dirinklien terpenuhi.
Kriteria hasil: klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan merawat diri, klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuannya, mengidentifikasi personal/ masyarakat yang dapat membantu.
Intervensi
Rasionalisasi
Mandiri
Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam skala 0-4 untuk melakukan ADL
Membantu dalam mengantisipasi dan merencakan pertemuan kebutuhan individual.
Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu
Menghindari klien dari keadaan cemas dan ketergantungan untuk mencegah frustasi dan harga diri kien rendah.
Ajarkan dan dukung klien selama aktivitas
Dukungan pada klien selama aktivitas kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan perawatan diri.
Rencanakan tindakan untuk mengatasi keterbatasan penglihatan seperti tempatkan makanan dan peralatan dalam suatu tempat, dekatkan tempat tidur ke dinding.
Klien akan mampu melihat dan memakan makanan, akan mampu melihat keluar masuknya orang ke ruangan.
Modifikasi lingkungan
Modifikasi lingkungan diperlukan unruk mengompensasi ketidakmampuan fungsi.
Gunakan pagar di sekeliling tempat tidur
Gunakan pagar di sekeliling tempat tidur baik tempat tidur dirumah sakit dan dirumah, atau sebuah tali yang diikatkan pada kaki tempat tidur untuk member bantuan dalam mendorong diri untuk bsngun tanpa bantuan orang lain.
Kaji kemampuan komunikasi untuk buang air kecil, kemampuan mengunakan urinal, pispot. Antarkan ke kamar mandi bila kondisi memungkinkan.
Ketidakmampuan berkomunikasi dengan perawat dapat menimbulkan masalah pengosongan kandung kemih oleh karena masalah neurogenik.
Identifikasi kebiasaan buang air besar, anjurkan minum dan meningkatkan aktivitas.
Meningkatkan latihan dan menolong mencegah konstipasi.
Kolaborasi
Pemberian supositoria dan pelumas feses
Pertolongan utama terhadap fungsi bowel atau buang air besar
Konsultasi ke dokter terapi okupasi
Untuk mengembang terapi dan melengkapi kebutuhan khusus.

3.    Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) yang berhubungan dengan medikasi dan penurunan aktivitas
Tujuan: dalam waktu 2x24 jam, kebutuhan eliminasi alvi terpenuhi.
kriteria hasil: klien dapat defekasi secara spontan dan lancer tanpa menggunakan obat, konsistensi feses lembek, tidak teraba massa pada kolon, bising usus normal (15-30 x/mnt).
Intervensi
Rasionalisasi
Monitor adanya konstipasi
Klien Parkinson mempunyai masalah konstipasi berat. Factor-faktor yang menyebabkan kondisi ini adalah melemahnya otot-otot yang digunakan dalam defekasi, kurangnya latihan, tidak adekuatnya asupan cairan, dan penurunan aktivitas system saraf otonom dan obat-obatan digunakan untuk mengobati penyakit, juga menghambat sekresi normal usus.
Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab konstipasi
Klien dan keluarga akan mengerti tentang penyebab obstipasi
Modifikasi defekasi yang teratur. Anjurkan pada klien untuk makan makanan yang mengandung serat.
Defekasi yang teratur dan rutin dapat membangun semangat klien untuk mengikuti pola yang teratur, sadar untuk meningkatkan asupan cairan dan makan makanan yang mengandung serat. Diet seimbang tinggi kandungan serat merangsang peristaltic dan eliminasi regular.
Atur posisi duduk toilet
Dudukan toilet ditinggikan untuk memudahkan aktivitas toileting karena klien sulit bergerak dari posisi berdiri ke posisi duduk.
Bila klien mampu minum, berikan asupan cairan yang cukup (2 liter/hari) jika tidak ada kontraindikasi
Asupan cairan adekuan membantu mempertahankan konsistensi feses yang sesuai pada usus dan membantu eliminasi reguler
Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian pelunak feses (laksatif, supositoria, enema)
Pelunak feses meningkat efisiensi pembasahan air pada usus, yang melunakkan massa feses dan membantu eliminasi.

4.    Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan tremor, pelambatan dalam proses makan, kesulitan mengunyah, dan menelan.
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria hasil: mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh, memperlihatkan kenaikan berat badan sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium.
Intervensi
Rasionalisasi
Evaluasi kemampuan makan klien
Klien mengalami kesulitan dalam mempertahankan berat badan mereka. Mulut mereka kering akibat obat-obatan dan mengalami kesulitan mengunyah dan menelan. Klien beresiko mengalami aspirasi akibat penurunan refleks batuk.
Observasi/timbang berat badan jika memungkinkan.
Tanda kehilangan berat badan (7-10%) dan kekurangan asupan nutrisi menunjang terjadinya masalah katabolisme, kandungan glikogen dalam otot, dan kepekaan terhadap pemasangan ventilator.
Manajemen mencapai kemampuan menelan.
1.   Gangguan menelan disebabkan oleh tremor pada lidah, ragu-ragu dalam memulai menelan, kesulitan dalam membentuk makanan dalam bolus.
2.   Makanan setengah padat dengan sedikit air memudahkan untuk menelan
3.   Klien dianjurkan untuk menelan secara berurutan
4.   Klien diajarkan untuk meletakkan makanan diatas lidah, menutup bibir dan gigi, dan menelan.
5.   Klien dianjurkan untuk mengunyah pertama kali pada satu sisi mulut dan kemudian ke sisi lain
6.   Untuk mengontrol air liur, klien dianjurkan untuk menahan kepala tetap tegak dan membuat keadaan sadar untuk menelan
7.   Masase otot wajah dan leher sebelum makan dapat membantu
8.   Berikan makanan kecil dan lunak
Meningkatkan kemampuan klien dalam menelan dan dapat membantu pemenuhan nutrisi klien melalui oral.
Tujuan lain adalah mencegah terjadinya kelelahan, memudahkan masuknya makanan, dan mencegah gangguan pada lambung.
Monitor pemakaian alat bantu
Pemenasan elektrik digunakan untuk menjaga makanan tetap hangat dank lien diizinkan untuk istirahat selama waktu yang ditetapkan untuk makan, alat-alat khusus juga membantu makan. Penggunaan  piring yang stabil, cangkir yang tidak pecah bila jatuh, dan alat-alat makan yang dapat digenggam sendiri digunakan sebagai alat bantu.
Kaji fungsi system gastrointestinal meliputi suara bising usus, catat terjadinya perubahan di dalam lambung seperti mual, muntah. Observasi perubahan pergerakan usus misalnya diare, konstipasi.
Fungsi system gastrointestinal sangat penting untuk asupan makanan. Ventilator dapat menyebabkan kembung pada lambung dan perdarahan lambung.
Anjurkan pemberian cairan 2500 cc/hari selama tidak terjadi gangguan jantung
Mencegah terjadinya dehidrasi akibat penggunaan ventilator selama klien tidak sadar dan mencegah terjadinya konstipasi.
Lakukan pemeriksaan laboratorium yang diindikasikan, seperti serum, transferin, BUN/kreatinin, dan glukosa
Memberikan informasi yang tepat tentang keadaan nutrisi yang dibutuhkan klien.

5.    Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume bicara, pelambatan bicara, ketidakmampuan menggerakkan otot-otot wajah.
Tjuan: dalam waktu 2x24 jam, klien mampu membantu teknik/ metode komunikasi yang dapat dimengerti sesuai kebutuhan dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi.
Kriteria hasil: klien dapat berkomunikasi dengan sumber yang ada
Intervensi
Rasionalisasi
Kaji kemampuan klien untuk berkomunikasi
Gangguan bicara ditemukan pada banyak klien dengan penyakit Parkinson. Bicara mereka yang lemah, monoton dan terdengar halus menuntut kesadaran berupayah untuk bicara dengan lambat dengan penekanan perhatian pada apa yang mereka katakan.
Menentukan cara-cara komunikasi seperti mempertahankan kontak mata, memberikan pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak, menggunakan kertas dan pensil/bolpoin, gambar atau papan tulis, bahasa isyarat, perjelas arti dari komunikasi yang disampaikan.
Mempertahankan kontak mata akan membuat klien tertarik selama komunikasi. Jika klien dapat menggerakkan kepala, mengedipkan mata atau senang dengan isyarat-isyarat sederhana, lebih baik dengan menggunakan pertanyaan ya/tidak.
Kemampuan menulis kadang-kadang melelahkan klien, selain itu dapat mengakibatkan frustasi dalam upayah memenuhi kebutuhan komunikasi. Keluarga dapat bekerja sama untuk membantu memenuhi kebutuhan klien.
Pertimbangkan bentuk komunikasi bila terpasang kateter intravena
Kateter intravena yang terpasang di tangan akan mengurangi kebebasan klien dalam menulis atau memberi isyarat.
Letakkan bel pemanggil dalam jangkauan klien dan berikan penjelasan cara menggunakannya. Jawab panggilan tersebut dengan segera. Penuhi kebutuhan klien. Katakana kepada klien bahwa perawat siap membantu jika dibutuhkan.
Ketergantunggan klien pada ventilator akan membuat klien lebih baik dan rileks, merasa aman, dan mengerti bahwa selama menggunakan ventilator, pesawat akan memenuhi segala kebutuhannya.
Buatlah catatan di kantor perawat tentang keadaan klien yang tidak dapat berbicara
Mengingatkan staf perawat untuk berespons dengan klien selama memberikan perawatan.
Buat rekaman pembicaraan klien.
Rekaman pembicaraan klien dalam pita kaset secara periodic dibutuhkan dalam memantau perkembangan klien. Amplifier kecil membantu bila klien mengalami kesulitan mendengar.
Anjurkan keluarga/orang lain yang dekat dengan klien untuk berbicara dengan klien, memberikan informasi tentang keluarganya, dan keadaan yang sedang terjadi.
Keluarga dapat merasa akrab dengan klien dan berada dekat klien selama berbicara. Pengalaman ini dapat membantu atau mempertahankan kontak nyata seperti merasakan kehadiran anggota keluarga yang dapat mengurangi perasaan kaku.
Kolaborasi dengan ahli wicara bahasa
Ahli terapi wicara bahasa dapat membantu dalam membentuk peningkatan latihan percakapan dan membantu petugas kesehatan untuk mengembangkan metode komunikasi untuk memenuhi kebutuhan klien.

6.     Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan depresi dan disfungsi karena perkembangan penyakit.
Tujuan: dalam waktu 1x24 jam, koping individu menjadi efektif
Kriteria hasil: mampuh menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi, mengakui dan mengabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa harga diri yang negative
Intervensi
Rasionalisasi
Kaji perubahan gangguan persepsi dan hubungan dengan ketidakmampuan
Menentukan bantuan individual dalam menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi
Dukung kemampuan koping klien
Kepatuahan terhadap program latihan dan berjalan membantu memperlambat kemajuan penyakit. Dukung dan sumber bantuan dapat diberikan melalui ketekunan berdoa dan penekanan keluar terhadap aktivitas dengan mempertahankan partisipasi aktif.
Catat ketika klien menyatakan sekarat atau mengingkari dan menyatakan inilah kematian
Mendukung penolakan terhadap bagian tubuh atau perasaan negetif terhadap gambaran tubuh dan kemampuan yang menunjukkan kebuutuhan dan intervensi serta dukungan emosional.
Pernyataan pengakuan terhadap penolakan tubuh, mengingatkan kembali fakta kejadian tentang realitas bahwa masih dapat menggunakan sisi yang sakit dan belajar mengontrol sisi yang sehat
Membantu klien untuk melihat bahwa perawat menerima kedua bagian sebagai bagian dari seluruh tubuh. Mengizinkan klien untuk meraskan adanya harapan dan mulai menerima situasi baru.
Beri dukungan psiologis secara menyeluruh
Klien penyakit Parkinson sering merasa malu, apatis, tidak adekuat, bosan dan merasa sendiri. Perasaan ini dapat disebabkan akibat keadaan fisik yang lambat dan upaya yang besar dibutuhkan terhadap tugas-tugas kecil. Klien dibantu dan didukung untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (seperti meningkatkan mobilitas). Karena Parkinson mengarah akan menunjukkan menarik diri dan depresi, klien harus aktif berpartisipasi dalam program terapi yang mencakup program social dan rekreasi.
Bantu dan ajarkan perawatan yang baik dengan memperbaiki kebiasaan
Membantu meningkatkan perasaan harga diri dan mengontrol lebih dari satu area kehidupan.
Buat rencana program aktivitas harian pada keseluruhan hari
Program aktivitas pada keseluruhan hari mencegah waktu tidur yang terlalu banyak yang dapat mengarah pada tidak adanya keinginan beraktivitas dan apatis. Setiap upaya dibuat untuk mendukung klien keluar dari tugas-tugas yang termasuk koping dengan kebutuhan mereka setiap hari dan membentuk klien mandiri. Apa pun yang dilakukan hanya untuk keamanan sewaktu mencapai tujuan dengan meningkatnya kemampuan koping.
Anjurkan orang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan sebanyak mungkin hal untuk dirinya.
Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan membantu perkembangan harga diri serta mempengaruhi proses rehabilitasi.
Dukung pelaku atau usaha seperti peningkatan minat atau partisipasi dalam aktivitas rehabilitasi.
klien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan pengertian tentang peran individu masa mendatang.
Monitor gangguan tidur, peningkatan kesulitan konsentrasi, letargi dan penolakan.
Dapat mengindikasikan terjadinya depresi. Depresi umumnya terjadi sebagai pengaruh dari stroke yang memerlukan intervensi dan evaluasi lebih lanjut.
Kolaborasi: rujuk pada ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi
Dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk perkembangan perasaan. Kerja sama fisioterapi, psikoterapi, terapi obat-obatan dan dukungan partisipasi kelompok dapat menolong mengurangi depresi yang juga sering muncul pada keadaan ini.

7.    Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan sumber informasi prosedur perawatan rumah yang tidak adekuat.
Tujuan: dalam waktu 1x24 jam, informasi dapat diterima klien
Kriteria hasil: klien mampu mengulang informasi tentang prosedur perawatan rumah.
Intervensi
Rasionalisasi
Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang perawatan kesehatan di rumah
Mengetahui tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan akan memudahkan perawatan dalam memberikan informasi yang sesuai dengan kondisi klien.
Jelaskan pentingnya perawatan kesehatan dirumah pada klien dan keluarga.
Kebutuhan informasi tentang penyakit Parkinson ditunjukan agar klien mampu beradaptasi dan mempunyai kemampuan menghadapi penyakit. Setiap upaya yng dibuat untuk menjelaskan keadaan nyata, penyakit, dan pengelolaan kecemasan dan ketakutan yang muncul dan mungkin merupakan ketidakmampuan akibat penyakit itu sendiri.
Beri dukungan pada keluarga dalam merawat klien Parkinson
Keluarga mengalami stress akibat hidup dan merawat orang yang mengalami ketidakmampuan.
Fasilitasi anggota keluarga untuk mengekspresikan perasaanny terhadap frustasi, marah dan perasaan bersalah, karena hal ini sering membantu mereka
Akan memudahkan dalam menentukan intervensi selanjutnya.
Berikan mereka informasi tentang pengobatan dan perawatan yang mencegah masalah yang tidak perlu ada.
Pemberian pelayanan kesehatan diikutsertakan dalam perencanaan dan mungkin sebagai konsultan dalam mengajarkan klien dan keluarga tentang teknik menurunkan stress, bekerja sama dalam proses memberikan perawatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar