PARKINSON
1.DEFINISI
Penyakit
Parkinson merupakan suatu gangguan neurologis progresif yang mengenai pusat
otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengatur gerakan. Karakteristik yang muncul berupa bradikinesia
(perlambatan gerakan), tremor, dan kekakuan otot (Smeltzer dan Bare, 2002).
2
ETIOLOGI
Penyakit Parkinson sering
dihubungkan dengan kelainan neurotransmitter di otak dan faktor-faktor lainnya
seperti :
- Defisiensi dopamine dalam substansia nigra di otak memberikan respon gejala penyakit Parkinson
- Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus, genetik, toksisitas, atau penyebab lain yang tidak diketahui.
3
MANIFESTASI
KLINIS
Penyakit Parkinson memiliki gejala klinis sebagai berikut :
- Bradikinesia (pergerakan lambat), hilang secara spontan
- Tremor yang menetap
- Tindakan dan pergerakan yang tidak terkontrol
- Gangguan saraf otonom (sulit tidur, berkeringat, hipotensi ortostatik)
- Depresi, demensia
- Wajah seperti topeng
Ø KOMPLIKASI
Komplikasi terbanyak dan tersering dari penyakit Parkinson yaitu demensia, aspirasi, dan trauma karena jatuh.
Komplikasi terbanyak dan tersering dari penyakit Parkinson yaitu demensia, aspirasi, dan trauma karena jatuh.
a. PATOFISIOLOGI
Dua hipotesis yang disebut juga
sebagai mekanisme degenerasi neuronal ada penyakit Parkinson ialah: hipotesis
radikal bebas dan hipotesis neurotoksin.
1. Hipotesis Radikal Bebas
Diduga bahwa oksidasi enzimatik dari dopamine dapat merusak
neuron nigrotriatal, karena proses ini menghasilkan hidrogren peroksid dan
radikal oksi lainnya. Walaupun ada
mekanisme pelindung untuk mencegah kerusakan dari stress oksidatif, namun pada
usia lanjut mungkin mekanisme ini gagal
2. Hipotesis Neurotoksin
Diduga satu atau lebih macam zat
neurotoksik berperan pada proses neurodegenerasi pada Parkinson. Pandangan saat ini menekankan pentingnya
ganglia basal dalam menyusun rencana neurofisiologi yang dibutuhkan dalam melakukan
gerakan, dan bagian yang diperankan oleh serebelum ialah mengevaluasi informasi
yang didapat sebagai umpan balik mengenai pelaksanaan gerakan. Ganglia basal
tugas primernya adalah mengumpulkan program untuk gerakan, sedangkan serebelum
memonitor dan melakukan pembetulan kesalahan yang terjadi seaktu program
gerakan diimplementasikan. Salah satu gambaran dari gangguan ekstrapiramidal
adalah gerakan involunter.
PATOFLOW
Faktor Resiko
Parkinson
Defisiensi Dopamine Virus
Merusak neuron nigrotriatal serebral Invasi ke jaringan
hydrogen peroksid dan radikal oksi Peradangan Serebral
PARKINSON
Kehilangan
kontrol volunter Serebral
& TIK Aliran darah serebral regional
tremor
Perubahan gastro Manifestasi
psikiatrik
Hemiplegi &
Hemiparesis Mual/ muntah Perubahan
kepribadian
|
Gang.
Intake oral Depresi
|
|
Kekuatan
|
|||
Defisit Neurologis
disfungsi malinformasi prosedur
bahasa & Komunikasi perawatan rumah
|
|
|
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
a.
Anamnesis.
Ø Riwayat Penyakit Saat
Ini
Pada
anamnesis, sering klien mengeluhkan adanya tremor pada salah satu tangan dan
lengan, kemudian ke bagian yang lain, dan akhirnya bagian kepala, walaupun
tremor ini tetap unilateral.
Karakteristik tremor dapat berupa lambat, gerakan membalik
(pronasi-supinasi) pada lengan bawah dan telapak tangan, dan gerakan ibu jari
terhadap jari-jari seolah-olah memutar sebuah pil diantara jari-jari. Keadaan ini meningkat bila klien sedang
berkinsentrasi atau merasa cemas dan muncul pada saat klien istirahat.
Keluhan
lainnya pada penyakit meliputi adanya perubahan pada sensasi wajah, sikap
tubuh, dan gaya berjalan. Adanya keluhan
rigiditas desrbrasi, berkeringat, kulit bermi nyak dan sering menderita
dermatitis seboroik, sulit menelan, konstipasi, dan gangguan kandung kemih yang
diperberarat oleh obat-obat antikolinergik dan hipertrofi prostat.
Ø Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian
yang diliakukan adalah dengan mengajukan pertanyaan tentang adanya riwayat
hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, anemia, penggunaan obat-aobat
antikoagulan, aspirin, vasodilator, dan penggunaan obat-obat antikolinergik
dalam jangka waktu yang lama.
Ø Riwayat Penyakit
Keluarga
Walaupun
tidak ditemukan adanya hubungan penyakit Oarkinson dengan sebab genetik yang
jelas, perawat perlu melakukan pengkajian riwayat penyakit pada keluarga. Pengkajian dilakukan dengan menanyakan apakah
ada anggota keluarga terdahulu yang menderita hipertensi dan dianetes
mellitus. Hal ini diperlukan untuk
melihat adanya komplikasi penyakit lain yang dapat mempercepat progresifnya
penyakit.
b.
Pemeriksaan
Fisik
·
Keadaan
Umum
Klien
dengan penyakit Parkinson umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran. Adanya
perubahan pada tanda vital, yaitu bradikardi, hipotensi dan penurunan frekuensi
pernafasan.
B1
(Breathing)
Gangguan fungsi pernapasan yang terjadi berkaitan dengan
hipoventilasi, inaktivitas,aspirasi makanan atau saliva, dan berkurangnya
fungsi pembersihan saluran nafas.
Inspeksi, ditemukan klien batuk atau mengalami penurunan kemampuan
untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak napas dan
penggunaan otot bantu napas.
Palpasi, ditemukan taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi, ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru.
Auskultasi, ditemukan bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi,
stridor, ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan
kemampuan batuk yang menurunyang sering ditemukan pada klien dengan
inaktivitas.
B2
(Blood)
Hipotensi postural yang terjadi berkaitan dengan efek
samping pemberian obat dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh
system saraf otonom.
B3
(Brain)
Pengkajian B3 (Brain) merupakan
pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada system
lainnya. Pada inspeksi umum ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor
secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan.
·
Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis dan juga
bergantung pada penurunan aliran darah serebri regional mengakibatkan perubahan
pada status kognitif klien.
·
Pemeriksaan fungsi serebri
Status mental : biasanya mengalami perubahan yang
berhubungan dengan penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan
penurunan memori baik jangka pendek dan memori jangka panjang.
- Pemeriksaan saraf kranial
Saraf I
Biasanya pada klien cidera tulang
belakang tidak ditemukan kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan
Saraf II
Hasil uji ketajaman penglihatan
mengalami perubahan sesuai tingkat usia, biasannya klien lanjut usia dengan
penyakit Parkinson mengalami penurunan ketajaman penglihatan.
Saraf III, I dan V
Gangguan saraf okulomotorius:
sewaktu melakukann konvergensi penglihatan menjadi kabur karena tidak mampu
mempertahankan kontraksi otot-otot bola mata.
Saraf V
Pada klien dengan penyakit Parkinson
umumnya ditemukan perubahan pada otot wajah. Adanya keterbatasan otot wajah
menyebabkan ekspresi wajah klienmengalami penurunan , saat bicara wajah seperti
topeng (sering mengedipkan mata).
Saraf VII.
Persepsi pengecapan dalam batas
normal.
Saraf VIII.
Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi yang berhubungan
dengan prosessenilis dan penurunan aliran darah regional.
Saraf IX dan X.
Ditemukan kesulitan menelan dalam menelan makanan.
Saraf XI.
Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
Saraf XII
Lidah simetris,
tidak ditemukan deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi indra
pengecapan normal.
- Sistem Motorik
·
Inspeksi umum, ditemukan perubahan pada gaya berjalan,
tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan. Klien
sering mengalami rigiditas deserebrasi.
·
Tonus otot ditemukan meningkat.
·
Keseimbangan dan koordinasi, ditemukan mengalami gangguuan
karena adanya kelemahan otot, kelelahan, perubahan pada gaya berjalan, tremor
secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan.
·
Pemeriksaan Refleks
Terdapat kehilangan reflex postural, apabila klien ,mencoba
untuk berdiri, klien akan berdiri dengan kepala cenderung kedepan dan berjalan
dengan gaya berjalan seperti didorong. Kesulitan dalam berputar dan hilanganya
keseimbangan (salah satunya kedepan atau kebelakang) dapat menimbulkan sering
jatuh.
- Sistem Sensorik
Sesuai berlanjutnya usia klien
dengan penyakit Parkinson mengalami penurunan terhadap sensasi sensorik secara
progresif. Penurunan sensorik yang ada merupakan hasil dari neuropati.
B4
(Bladder)
Penurunan refleks kandung kemih perifer dihubungkan dengan
disfungsi kognitif dan persepdi klien secara umum. Klien mungkin mengalami
inkontinensia urine, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan dan
ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan
postural. Selama periodeini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik
steril.
B5
(Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan
nutrisi kurang karena kelemahan fisik umum, kelelahan otot dan adanya tremor
menyeluruh. Kliensering mengalami konstipasi karena penurunan aktivitas.
B6 ( Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas
karena kelemahan, kelelahan otot, tremor secaraumum pada seluruh otot dan kaku
pada seluruh gerakan menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan pemenuhan
aktivitas sehari-hari. Adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam
melakukan pergerakan karena perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada seluruh
gerakan memberikan resiko pada trauma fisik bila melakukan aktivitas.
4.1
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Hambatan mobilitas fisik yang
berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot.
2. Defisit perawatan diri yang
berhubungan dengan kelemahan neuromuscular, menurunnya kekuatan, kehilangan
control otot/ koordinasi.
3. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi)
yang berhubungan dengan medikasi dan penurunan aktivitas.
4. Perubahan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan tremor, pelambatan dalam proses makan,
kesulitan mengunyah, dan menelan.
5. Hambatan komunikasi verbal yang
berhubungan dengan penurunan volume bicara, pelambatan bicara, ketidakmampuan
menggerakkan otot-otot wajah.
6. Koping individu tidak efektif yang
berhubungan dengan depresi dan disfungsi karena perkembangan penyakit.
7. Defisit pengetahuan yang berhubungan
dengan sumber informasi prosedur perawatan rumah yang tidak adekuat.
4.2
INTERVENSI
1.
Hambatan mobilitas fisik yang
berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot
|
|
Tujuan: dalam waktu 2x24 jam,
klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
kriteria hasil: klien dapat ikut
serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur sendi, bertambahnya
kekuatan otot, klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.
|
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
Kaji mobilitas yang ada dan
observasi peningkatan kerusakan. Kaji secara teratur fungsi motorik.
|
Mengetahui tingkat kemampuan klien
dalam melakukan aktivitas.
|
Lakukan program latihan yang
meningkatkan kekuatan otot.
|
Meningkatkan koordinasi dan
ketangkasan, menurunkan kekuatan otot dan mencegah kontraktur bila otot tidak
digunakan.
|
Lakukan latihan postural.
|
Latihan postural untuk melawan
kecenderungan kepala dan leher tertarik ke depan dan ke bawah.
|
Ajarkan teknik berjalan khusus:
· Ajarkan untuk berkonsentrasi pada
berjalan tegak, memandang lurus ke depan, dan menggunakan cara berjalan
dengan dasar lebar (misalnya berjalan dengan kaki terpisah)
· Klien dianjurkan untuk latihan
berjalan dengan diiringi music marching band atau lagu, karena hal ini
memberikan rangsangan sensorik
· Latihan bernafas sambil berjalan
membantu untuk menggerakkan rangka tulang rusuk dan transport oksigen untuk
mengisi bagian paru-paru yang kadar oksigennya rendah.
· Melakukan periode istirahat yang
sering untuk membantu pencegahan frustasi dan kelelahan.
|
Teknik berjalan khusus dapat juga
dipelajari untuk mengimbangi gaya berjalan menyeret dan kecenderungan tubuh
condong ke depan.
|
Anjurkan mandi hangat dengan
masase otot.
|
Mandi hangat dengan masase
membantu otot-otot rileks saat melakukan aktivitas pasif dan aktif dan
mengurangi nyeri otot akibat spasme yang mengakibatkan kekakuan.
|
Bantu klien melakukan latihan ROM,
perawatan diri, sesuai toleransi.
|
Untuk memelihara fleksibilitas
sendi sesuai kemampuan.
|
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
untuk latihan fisik klien
|
Peningkatan kemampuan dalam
mobilisasi ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik oleh tim
fisioterapis.
|
2. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan
kelemahan neuromuscular, menurunnya kekuatan, kehilangan control otot/
koordinasi
|
|
Tujuan: dalam waktu 2x24 jam,
perawatan dirinklien terpenuhi.
Kriteria hasil: klien dapat
menunjukkan perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan merawat diri, klien
mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuannya,
mengidentifikasi personal/ masyarakat yang dapat membantu.
|
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
Mandiri
Kaji
kemampuan dan tingkat penurunan dalam skala 0-4 untuk melakukan ADL
|
Membantu dalam mengantisipasi dan
merencakan pertemuan kebutuhan individual.
|
Hindari apa yang tidak dapat
dilakukan klien dan bantu bila perlu
|
Menghindari klien dari keadaan
cemas dan ketergantungan untuk mencegah frustasi dan harga diri kien rendah.
|
Ajarkan dan dukung klien selama
aktivitas
|
Dukungan pada klien selama
aktivitas kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan perawatan diri.
|
Rencanakan tindakan untuk
mengatasi keterbatasan penglihatan seperti tempatkan makanan dan peralatan
dalam suatu tempat, dekatkan tempat tidur ke dinding.
|
Klien akan mampu melihat dan
memakan makanan, akan mampu melihat keluar masuknya orang ke ruangan.
|
Modifikasi lingkungan
|
Modifikasi lingkungan diperlukan
unruk mengompensasi ketidakmampuan fungsi.
|
Gunakan pagar di sekeliling tempat
tidur
|
Gunakan pagar di sekeliling tempat
tidur baik tempat tidur dirumah sakit dan dirumah, atau sebuah tali yang
diikatkan pada kaki tempat tidur untuk member bantuan dalam mendorong diri
untuk bsngun tanpa bantuan orang lain.
|
Kaji kemampuan komunikasi untuk
buang air kecil, kemampuan mengunakan urinal, pispot. Antarkan ke kamar mandi
bila kondisi memungkinkan.
|
Ketidakmampuan berkomunikasi
dengan perawat dapat menimbulkan masalah pengosongan kandung kemih oleh
karena masalah neurogenik.
|
Identifikasi kebiasaan buang air
besar, anjurkan minum dan meningkatkan aktivitas.
|
Meningkatkan latihan dan menolong
mencegah konstipasi.
|
Kolaborasi
Pemberian
supositoria dan pelumas feses
|
Pertolongan utama terhadap fungsi
bowel atau buang air besar
|
Konsultasi ke dokter terapi
okupasi
|
Untuk mengembang terapi dan
melengkapi kebutuhan khusus.
|
3.
Gangguan eliminasi alvi
(konstipasi) yang berhubungan dengan medikasi dan penurunan aktivitas
|
|
Tujuan: dalam waktu 2x24 jam,
kebutuhan eliminasi alvi terpenuhi.
kriteria hasil: klien dapat
defekasi secara spontan dan lancer tanpa menggunakan obat, konsistensi feses
lembek, tidak teraba massa pada kolon, bising usus normal (15-30 x/mnt).
|
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
Monitor adanya konstipasi
|
Klien Parkinson mempunyai masalah
konstipasi berat. Factor-faktor yang menyebabkan kondisi ini adalah
melemahnya otot-otot yang digunakan dalam defekasi, kurangnya latihan, tidak
adekuatnya asupan cairan, dan penurunan aktivitas system saraf otonom dan
obat-obatan digunakan untuk mengobati penyakit, juga menghambat sekresi
normal usus.
|
Berikan penjelasan pada klien dan
keluarga tentang penyebab konstipasi
|
Klien dan keluarga akan mengerti
tentang penyebab obstipasi
|
Modifikasi defekasi yang teratur.
Anjurkan pada klien untuk makan makanan yang mengandung serat.
|
Defekasi yang teratur dan rutin
dapat membangun semangat klien untuk mengikuti pola yang teratur, sadar untuk
meningkatkan asupan cairan dan makan makanan yang mengandung serat. Diet
seimbang tinggi kandungan serat merangsang peristaltic dan eliminasi regular.
|
Atur posisi duduk toilet
|
Dudukan toilet ditinggikan untuk
memudahkan aktivitas toileting karena klien sulit bergerak dari posisi
berdiri ke posisi duduk.
|
Bila klien mampu minum, berikan
asupan cairan yang cukup (2 liter/hari) jika tidak ada kontraindikasi
|
Asupan cairan adekuan membantu
mempertahankan konsistensi feses yang sesuai pada usus dan membantu eliminasi
reguler
|
Kolaborasi dengan tim dokter dalam
pemberian pelunak feses (laksatif, supositoria, enema)
|
Pelunak feses meningkat efisiensi
pembasahan air pada usus, yang melunakkan massa feses dan membantu eliminasi.
|
4.
Perubahan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan tremor, pelambatan dalam proses
makan, kesulitan mengunyah, dan menelan.
|
|
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam
kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria hasil: mengerti tentang
pentingnya nutrisi bagi tubuh, memperlihatkan kenaikan berat badan sesuai
dengan hasil pemeriksaan laboratorium.
|
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
Evaluasi kemampuan makan klien
|
Klien mengalami kesulitan dalam
mempertahankan berat badan mereka. Mulut mereka kering akibat obat-obatan dan
mengalami kesulitan mengunyah dan menelan. Klien beresiko mengalami aspirasi
akibat penurunan refleks batuk.
|
Observasi/timbang berat badan jika
memungkinkan.
|
Tanda kehilangan berat badan
(7-10%) dan kekurangan asupan nutrisi menunjang terjadinya masalah
katabolisme, kandungan glikogen dalam otot, dan kepekaan terhadap pemasangan
ventilator.
|
Manajemen mencapai kemampuan
menelan.
1.
Gangguan
menelan disebabkan oleh tremor pada lidah, ragu-ragu dalam memulai menelan,
kesulitan dalam membentuk makanan dalam bolus.
2.
Makanan
setengah padat dengan sedikit air memudahkan untuk menelan
3.
Klien
dianjurkan untuk menelan secara berurutan
4.
Klien
diajarkan untuk meletakkan makanan diatas lidah, menutup bibir dan gigi, dan
menelan.
5.
Klien
dianjurkan untuk mengunyah pertama kali pada satu sisi mulut dan kemudian ke
sisi lain
6.
Untuk
mengontrol air liur, klien dianjurkan untuk menahan kepala tetap tegak dan
membuat keadaan sadar untuk menelan
7.
Masase
otot wajah dan leher sebelum makan dapat membantu
8.
Berikan
makanan kecil dan lunak
|
Meningkatkan
kemampuan klien dalam menelan dan dapat membantu pemenuhan nutrisi klien
melalui oral.
Tujuan lain adalah mencegah
terjadinya kelelahan, memudahkan masuknya makanan, dan mencegah gangguan pada
lambung.
|
Monitor pemakaian alat bantu
|
Pemenasan elektrik digunakan untuk
menjaga makanan tetap hangat dank lien diizinkan untuk istirahat selama waktu
yang ditetapkan untuk makan, alat-alat khusus juga membantu makan.
Penggunaan piring yang stabil, cangkir
yang tidak pecah bila jatuh, dan alat-alat makan yang dapat digenggam sendiri
digunakan sebagai alat bantu.
|
Kaji fungsi system
gastrointestinal meliputi suara bising usus, catat terjadinya perubahan di
dalam lambung seperti mual, muntah. Observasi perubahan pergerakan usus
misalnya diare, konstipasi.
|
Fungsi system gastrointestinal
sangat penting untuk asupan makanan. Ventilator dapat menyebabkan kembung
pada lambung dan perdarahan lambung.
|
Anjurkan pemberian cairan 2500
cc/hari selama tidak terjadi gangguan jantung
|
Mencegah terjadinya dehidrasi
akibat penggunaan ventilator selama klien tidak sadar dan mencegah terjadinya
konstipasi.
|
Lakukan pemeriksaan laboratorium
yang diindikasikan, seperti serum, transferin, BUN/kreatinin, dan glukosa
|
Memberikan informasi yang tepat
tentang keadaan nutrisi yang dibutuhkan klien.
|
5.
Hambatan komunikasi verbal yang
berhubungan dengan penurunan volume bicara, pelambatan bicara, ketidakmampuan
menggerakkan otot-otot wajah.
|
|
Tjuan: dalam waktu 2x24 jam, klien
mampu membantu teknik/ metode komunikasi yang dapat dimengerti sesuai
kebutuhan dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi.
Kriteria hasil: klien dapat
berkomunikasi dengan sumber yang ada
|
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
Kaji kemampuan klien untuk
berkomunikasi
|
Gangguan bicara ditemukan pada
banyak klien dengan penyakit Parkinson. Bicara mereka yang lemah, monoton dan
terdengar halus menuntut kesadaran berupayah untuk bicara dengan lambat
dengan penekanan perhatian pada apa yang mereka katakan.
|
Menentukan cara-cara komunikasi
seperti mempertahankan kontak mata, memberikan pertanyaan dengan jawaban ya
atau tidak, menggunakan kertas dan pensil/bolpoin, gambar atau papan tulis,
bahasa isyarat, perjelas arti dari komunikasi yang disampaikan.
|
Mempertahankan
kontak mata akan membuat klien tertarik selama komunikasi. Jika klien dapat
menggerakkan kepala, mengedipkan mata atau senang dengan isyarat-isyarat
sederhana, lebih baik dengan menggunakan pertanyaan ya/tidak.
Kemampuan menulis kadang-kadang
melelahkan klien, selain itu dapat mengakibatkan frustasi dalam upayah
memenuhi kebutuhan komunikasi. Keluarga dapat bekerja sama untuk membantu
memenuhi kebutuhan klien.
|
Pertimbangkan bentuk komunikasi
bila terpasang kateter intravena
|
Kateter intravena yang terpasang
di tangan akan mengurangi kebebasan klien dalam menulis atau memberi isyarat.
|
Letakkan bel pemanggil dalam
jangkauan klien dan berikan penjelasan cara menggunakannya. Jawab panggilan
tersebut dengan segera. Penuhi kebutuhan klien. Katakana kepada klien bahwa
perawat siap membantu jika dibutuhkan.
|
Ketergantunggan klien pada
ventilator akan membuat klien lebih baik dan rileks, merasa aman, dan
mengerti bahwa selama menggunakan ventilator, pesawat akan memenuhi segala
kebutuhannya.
|
Buatlah catatan di kantor perawat
tentang keadaan klien yang tidak dapat berbicara
|
Mengingatkan staf perawat untuk
berespons dengan klien selama memberikan perawatan.
|
Buat rekaman pembicaraan klien.
|
Rekaman pembicaraan klien dalam
pita kaset secara periodic dibutuhkan dalam memantau perkembangan klien.
Amplifier kecil membantu bila klien mengalami kesulitan mendengar.
|
Anjurkan keluarga/orang lain yang
dekat dengan klien untuk berbicara dengan klien, memberikan informasi tentang
keluarganya, dan keadaan yang sedang terjadi.
|
Keluarga dapat merasa akrab dengan
klien dan berada dekat klien selama berbicara. Pengalaman ini dapat membantu
atau mempertahankan kontak nyata seperti merasakan kehadiran anggota keluarga
yang dapat mengurangi perasaan kaku.
|
Kolaborasi dengan ahli wicara
bahasa
|
Ahli terapi wicara bahasa dapat
membantu dalam membentuk peningkatan latihan percakapan dan membantu petugas
kesehatan untuk mengembangkan metode komunikasi untuk memenuhi kebutuhan
klien.
|
6. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan
depresi dan disfungsi karena perkembangan penyakit.
|
|
Tujuan: dalam waktu 1x24 jam,
koping individu menjadi efektif
Kriteria hasil: mampuh menyatakan
atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan
yang sedang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi,
mengakui dan mengabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang
akurat tanpa harga diri yang negative
|
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
Kaji perubahan gangguan persepsi
dan hubungan dengan ketidakmampuan
|
Menentukan bantuan individual
dalam menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi
|
Dukung kemampuan koping klien
|
Kepatuahan terhadap program
latihan dan berjalan membantu memperlambat kemajuan penyakit. Dukung dan
sumber bantuan dapat diberikan melalui ketekunan berdoa dan penekanan keluar
terhadap aktivitas dengan mempertahankan partisipasi aktif.
|
Catat ketika klien menyatakan
sekarat atau mengingkari dan menyatakan inilah kematian
|
Mendukung penolakan terhadap
bagian tubuh atau perasaan negetif terhadap gambaran tubuh dan kemampuan yang
menunjukkan kebuutuhan dan intervensi serta dukungan emosional.
|
Pernyataan pengakuan terhadap
penolakan tubuh, mengingatkan kembali fakta kejadian tentang realitas bahwa
masih dapat menggunakan sisi yang sakit dan belajar mengontrol sisi yang
sehat
|
Membantu klien untuk melihat bahwa
perawat menerima kedua bagian sebagai bagian dari seluruh tubuh. Mengizinkan
klien untuk meraskan adanya harapan dan mulai menerima situasi baru.
|
Beri dukungan psiologis secara
menyeluruh
|
Klien penyakit Parkinson sering
merasa malu, apatis, tidak adekuat, bosan dan merasa sendiri. Perasaan ini
dapat disebabkan akibat keadaan fisik yang lambat dan upaya yang besar
dibutuhkan terhadap tugas-tugas kecil. Klien dibantu dan didukung untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan (seperti meningkatkan mobilitas). Karena Parkinson
mengarah akan menunjukkan menarik diri dan depresi, klien harus aktif
berpartisipasi dalam program terapi yang mencakup program social dan
rekreasi.
|
Bantu dan ajarkan perawatan yang
baik dengan memperbaiki kebiasaan
|
Membantu meningkatkan perasaan
harga diri dan mengontrol lebih dari satu area kehidupan.
|
Buat rencana program aktivitas
harian pada keseluruhan hari
|
Program aktivitas pada keseluruhan
hari mencegah waktu tidur yang terlalu banyak yang dapat mengarah pada tidak
adanya keinginan beraktivitas dan apatis. Setiap upaya dibuat untuk mendukung
klien keluar dari tugas-tugas yang termasuk koping dengan kebutuhan mereka
setiap hari dan membentuk klien mandiri. Apa pun yang dilakukan hanya untuk
keamanan sewaktu mencapai tujuan dengan meningkatnya kemampuan koping.
|
Anjurkan orang terdekat untuk
mengizinkan klien melakukan sebanyak mungkin hal untuk dirinya.
|
Menghidupkan kembali perasaan
kemandirian dan membantu perkembangan harga diri serta mempengaruhi proses
rehabilitasi.
|
Dukung pelaku atau usaha seperti
peningkatan minat atau partisipasi dalam aktivitas rehabilitasi.
|
klien dapat beradaptasi terhadap
perubahan dan pengertian tentang peran individu masa mendatang.
|
Monitor gangguan tidur,
peningkatan kesulitan konsentrasi, letargi dan penolakan.
|
Dapat mengindikasikan terjadinya
depresi. Depresi umumnya terjadi sebagai pengaruh dari stroke yang memerlukan
intervensi dan evaluasi lebih lanjut.
|
Kolaborasi: rujuk pada ahli neuropsikologi
dan konseling bila ada indikasi
|
Dapat memfasilitasi perubahan
peran yang penting untuk perkembangan perasaan. Kerja sama fisioterapi,
psikoterapi, terapi obat-obatan dan dukungan partisipasi kelompok dapat
menolong mengurangi depresi yang juga sering muncul pada keadaan ini.
|
7.
Defisit pengetahuan yang
berhubungan dengan sumber informasi prosedur perawatan rumah yang tidak
adekuat.
|
|
Tujuan: dalam waktu 1x24 jam,
informasi dapat diterima klien
Kriteria hasil: klien mampu
mengulang informasi tentang prosedur perawatan rumah.
|
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
Kaji pengetahuan klien dan
keluarga tentang perawatan kesehatan di rumah
|
Mengetahui tingkat pengetahuan dan
tingkat pendidikan akan memudahkan perawatan dalam memberikan informasi yang
sesuai dengan kondisi klien.
|
Jelaskan pentingnya perawatan
kesehatan dirumah pada klien dan keluarga.
|
Kebutuhan informasi tentang
penyakit Parkinson ditunjukan agar klien mampu beradaptasi dan mempunyai
kemampuan menghadapi penyakit. Setiap upaya yng dibuat untuk menjelaskan
keadaan nyata, penyakit, dan pengelolaan kecemasan dan ketakutan yang muncul
dan mungkin merupakan ketidakmampuan akibat penyakit itu sendiri.
|
Beri dukungan pada keluarga dalam
merawat klien Parkinson
|
Keluarga mengalami stress akibat
hidup dan merawat orang yang mengalami ketidakmampuan.
|
Fasilitasi anggota keluarga untuk
mengekspresikan perasaanny terhadap frustasi, marah dan perasaan bersalah,
karena hal ini sering membantu mereka
|
Akan memudahkan dalam menentukan
intervensi selanjutnya.
|
Berikan mereka informasi tentang
pengobatan dan perawatan yang mencegah masalah yang tidak perlu ada.
|
Pemberian pelayanan kesehatan
diikutsertakan dalam perencanaan dan mungkin sebagai konsultan dalam
mengajarkan klien dan keluarga tentang teknik menurunkan stress, bekerja sama
dalam proses memberikan perawatan.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar